Rabu, 15 Oktober 2014

Ragam Bahasa


Ragam Bahasa


Ragam Lisan dan Ragam Tulis
            Ragam bahasa pada pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.
  1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
  2.  Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat saja kita tinggalkan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, pandangan, mimik, anggukan atau intonasi. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara.
  3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu.
  4. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
            Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma dalam bahasa penggunaannya.  Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. Jadi, ragam baku adalah ragam yang dijadikan tolok ukur sebagai ragam yang baik dan benar.
            Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
  1. Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa.


  1. Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan took tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

  1. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).

  1. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.


Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
            Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Ragam baku lisan bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan.


Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
            Baik ragam lisan maupun ragam tulisa bahasa Indonesia ditandai pula oleh adanya ragam social, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan social yang lebih kecil dalam masyarakat.
            Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam professional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.



Contoh Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Ragam Lisan

  • Penggunaan Bentuk Kata
1.      Intan Risma hari ini tugas ngepel lantai.
2.      Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
3.      Mereka ngelihat peristiwa itu dengan jelas.

  • Penggunaan Kosakata
1.      Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.
2.      Jadwal ujian ini gak boleh dirubah lagi.
3.      Kami juga nemui jalan buntu pada penelitian itu.

  • Penggunaan Struktur Kalimat
1.      Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
2.      Walaupun mahasiswa harus belajar sungguh-sungguh, namun mereka tidak dilarang berpacaran.
3.      Masalah ekonomi sangat tergantung kepada moneter internasional.



Ragam Tulis

  • Penggunaan Bentuk Kata
1.      Intan Risma hari ini bertugas mengepel lantai.
2.      Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.
3.      Mereka melihat peristiwa itu dengan jelas.

  • Penggunaan Kosakata
1.      Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.
2.      Jadwal ujian ini tidak boleh diubah lagi.
3.      Kami juga menemukan jalan buntu pada penelitian itu.

  • Penggunaan Struktur kalimat
1.      Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
2.      Walaupun mahasiswa harus belajar sungguh-sungguh, mereka tidak dilarang berpacaran.
3.      Masalah ekonomi sangat bergantung pada moneter internasional.

Kamis, 02 Oktober 2014

Bahasa


Perkembangan Bahasa Indonesia

            Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda, resmilah bahasa Melayu, yang sudah dipakai sejak pertengahan Abad VII itu, menjadi bahasa Indonesia.
            Ada tiga factor utama yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1.      Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2.      Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus, seperti dalam bahasa Suda (kasar, lemes).


Fungsi Bahasa Indonesia

            Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Untuk berkomunikasi sebenarnya dapat juga digunakan cara lain, misalnya isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya. Tetapi dengan bahasa komunikasi dapat berlangsung lebih baik dan lebih sempurna. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai.
1.      Lambang kebanggaan kebangsaan.
2.      Lambang identitas nasional.
3.      Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.
4.      Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai.
1.      Bahasa resmi kenegaraan.
2.      Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan.
3.      Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
4.      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
5.      Sebagai bahasa media massa.
6.      Bahasa sastra Indonesia.


Hakikat Bahasa

            Bahasa adalah suatu sistem lambing berupa bunyi, bersifat arbiter, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
            Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu,  baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan , kaidah atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu.
            Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahsaa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan. Karena itu pula, bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahasa lisan dan bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-sungguh.
            Lambang-lambang bahasa yang berupa bunyi itu bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada ketentuan, atau hubungan antara suatu lambang bunyi dengan benda atau konsep yang dilambangkannya. Umpamanya antara kata atau lambang, yang berupa bunyi, [kuda] dengan bendanya, yaitu sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai atau untuk menarik beban. Kalau memang ada hubungan antara lambang bunyi [kuda] dengan binatangnya itu, tentu orang di Jawa Tengah juga akan menyebutnya kuda, bukannya jaran. Begitu juga orang di London, Inggris, tidak akan menyebutnya yang dieja dengan horse, dan orang di Amsterdam, Belanda, tidak akan menyebutnya yang dieeja dengan paard.
            Namun, walaupun lambang-lambang bahasa bersifat arbitrer, tetapi bila terjadi penyimpangan terhadap penggunaan lambang, pasti akan terjadi kemacetan komunikasi. Komunikasi akan terganggu jika aturan-aturan sistem lambang tidak dipatuhi.



Pengertian Bahasa Indonesia Baku

            Bahasa Indonesia baku adalah bahasa penulisan yang semua dengan kaidah yang berlaku. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Indonesia baku digunakan sebagaimana fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Namun apakah yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baku? Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah yang ada. Kaidah dalam bahasa Indonesia tersebut menyangkut ejaan, lafal, sturktur kalimat, dan gaya bahasa yang digunakan.
            Bahasa baku dalam bahasa Indonesia, digunakan dalam banyak hal seperti berikut ini.
  1. Digunakan dalam surat menyurat yang resmi
Surat yang dikirimkan kepada lembaga atau surat dari lembaga resmi harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Berbeda jika menulis surat pribadi, kita bias memilih bahasa Indonesia baku atau bahasa daerah.
  1. Digunakan dalam pidato resmi
Pidato yang disampaikan dalam acara-acara resmi harus menggunakan bahasa Indonesia baku. Jenis pidato yang dimaksud adalah pidato kenegaraan, pidato wakil presiden, pidato bupati, bupati camat, dan lain-lain.
  1. Digunakan dalam perundang-undangan
Semua perundangan yang ada di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
  1. Digunakan dalam wacana laporan resmi atau karangan ilmiah
Bahasa Indonesia baku digunakan ketika menulis laporan resmi, misalnya saja laporan kunjungan atau laporan penelitian. Selain itu bahasa Indonesia baku digunakan dalam penulisan makalah, skripsi, tesis, disertai, dan lain-lain.